Advertisement
![]() |
Fanoos klasik koleksi pribadi :D |
Ramadhan adalah bulan spesial bagi seluruh umat muslim dunia. Di beberapa negara, ada tradisi unik untuk menyambut bulan suci ini.
Di Indonesia, tradisi unik menyambut Ramadhan berbeda di tiap daerah. Ada Megengan di Jawa Timur, Mungguhan di Jawa Barat, Dugderan di Jawa Tengah, Balimo di Sumatera Barat, Balimo Kasai di Riau, Meugang di Aceh dan masih banyak lagi.
Karena saya lahir dan besar di Jawa Timur, saya mengenal tradisi Megengan. Yaitu tradisi saling antar makanan pada tetangga sehari menjelang puasa. Makna dari kegiatan ini sebenarnya adalah saling mengunjungi dan meminta maaf antar tetangga dan keluarga. Hantaran hanya sebagai buah tangan. Sayangnya, di kampung saya sudah makin jarang orang melakukan tradisi ini. Padahal dulu setiap megengan meja makan kami selalu penuh dengan makanan beraneka rupa hasil kiriman tetangga.
Ramadhan di Mesir
Di Mesir, fanoos menjadi hal unik yang ada pada saat Ramadhan. Fanoos adalah lentera atau lampu dekorasi yang digantung di rumah, masjid atau tempat umum lainnya selama Ramadhan. Biasanya sebulan sebelum bulan Ramadhan pedagang fanoos ini sudah mulai bermunculan menggelar dagangannya. Fanoos klasik terbuat dari logam seperti tembaga, kuningan bahkan perak yang didalamnya diisi dengan lilin. Sedangkan fanoos modern terbuat dari plastik, kertas atau kain warna warni yang didalamnya diisi dengan lampu listrik.
Sejarah penggunaan fanoos untuk perayaan sesuatu di Mesir sudah dimulai sejak ribuan tahun lalu. Fanoos pada jaman Mesir kuno masih berupa lampu minyak atau sejenis obor. Digunakan untuk merayakan terbitnya bintang Sirius. Juga untuk merayakan ulang tahun Osiris, Horus, Isis, Seth dan Nephtys, orang-orang Mesir kuno menyalakan fanoos selama 5 hari berturut-turut.
Menyalakan fanoos selama bulan Ramadhan dimulai pada masa dinasti Fatimiyah (sekitar tahun 900an Masehi). Tepatnya pada masa Khalifah Al Hakim Bi-Amr Lillah. Pada masa itu, untuk menerangi jalan-jalan di Kairo selama Ramadhan, khalifah Al-Hakim mewajibkan pada semua syekh masjid untuk menggantung fanoos.
Cerita berbeda menyebutkan bahwa pada masa Khalifah Al Hakim, para wanita tidak diijinkan keluar rumah kecuali selama bulan Ramadhan. Namun ada aturannya yaitu pada saat keluar rumah harus didahului dengan anak kecil yang membawa fanoos. Sebagai penanda bahwa akan ada wanita yang lewat sehingga para pria harus menyingkir atau menghindari jalan itu.
Tidak ada cerita sejarah yang pasti mengenai awal mula penggunaan fanoos. Namun fanoos sudah menjadi kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkan selama berabad-abad lamanya oleh orang-orang Mesir untuk merayakan Ramadhan. Bahkan kini telah menyebar di hampir seluruh negara-negara Arab bahkan negara Islam lain di dunia.
Apapun bentuknya, Ramadhan memang seharusnya disambut dengan suka cita. Karena Ramadhan adalah bulan penuh keistimewaan.
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan...
Cairo, 29 Sya'ban 1436 H
![]() |
Fanoos klasik |
Advertisement
10 comments:
kalau di Jawa Barat tempat saya munggahan mbak :) Selamat menjalankan ibadha puasa ya mbak
ternyata di negara lain pun ada tradisi dlm menyambut puasa seperti di Indonesia ya... di tempat saya, menyambut Ramadhan dgn cara ngeriung di Masjid dgn makanan yg dibuat para ibu2 di tiap rumahnya, lalu dikirim ke masjid yg dinamakan munggahan
Tradisi mungguhan ini semacam saling antar makanan juga ya mbak?
Selamat menunaikan puasa juga mbak Lidya.. Semoga Allah mudahkan dalam menjalaninya aamiiinn..
Di Jawa Timur ada juga yang seperti itu mbak Santi,.. Setiap rumah mengirimkan makanan ke masjid kampung untuk dimakan bersama-sama. Ada juga yg diantar ke rumah tetangga namanya Megengan.
re blog yaa mbak :)
Iya silahkan....
waaah kereeen :) mau juga satu buat dirumah :)
saya lebih suka lihat fanoos klasik. Lebih elegan kelihatannya
Wahhh dikomenin sama blogger senior rek hehehe.... :D
Harganya juga cukup mahal karena rata2 hand made mak :)
Post a Comment