Showing posts with label Catatan. Show all posts
Showing posts with label Catatan. Show all posts

Feb 27, 2018

Souq Khayamiya, Pasar Para Pengrajin Tenda

Tempat ini memang tidak populer di kalangan turis bahkan orang Mesir sendiri. Namun sebenarnya cukup menarik terutama jika anda mencari tempat untuk membeli souvenir khas Mesir yang tidak biasa. Umumnya traveler hanya mengenal Khan Khalili untuk berburu oleh-oleh cenderamata yang Mesir banget. Tapi ada baiknya anda juga mengunjungi tempat ini jika punya cukup waktu. Namanya souq Khayamiya (tent makers market) atau pasar pengrajin tenda.

Berada persis di sebelah selatan Bab Zuweyla. Kurang lebih sekitar 2 km dari Khan Khalili. Dan tempat ini tidak bisa diakses dengan angkutan umum kecuali tuktuk atau bajaj. Saran saya sih lebih baik jalan kaki karena bisa sambil window shopping. Karena di sepanjang jalan menuju Souq Khayameya adalah toko-toko yang menjual berbagai macam model fashion terutama abaya hitam khas Arab dengan harga yang ramah kantong, dengan catatan pinter nawarnya hehehe..


Apa itu Khayamiya


Kalau di Indonesia kita mengenal batik maka di Mesir kita mengenal khayamiya. Sebuah produk kerajinan tangan yaitu seni menempelkan potongan-potongan kain pada kain yang lebih besar sehingga membentuk sebuah motif. Istilah lain menyebutnya dengan seni aplikasi. Dikerjakan dengan jahit tangan yang disebut quilting. Kerajinan unik ini dipercaya pertama kali muncul pada masa Dinasti Mamluk yaitu sekitar tahun 1250 - 1517 M. 

Awalnya khayamiya digunakan untuk menghias tenda namun kini hanya digunakan untuk hiasan pada cushion, wall hanging, dan tas. Untuk tenda tidak lagi menggunakan khayamiyah hand made tapi sudah menggunakan buatan pabrik dengan harga yang tentu saja jauh lebih murah. Selain itu tidak ada regenerasi pembuat khayamiya, karena anak-anak muda tidak lagi tertarik dengan pekerjaan yang cukup rumit dan butuh ketelatenan ini. Jadi khayamiya akan tercancam punah jika hal ini terjadi.

Menurut ammu Tareq salah seorang pengrajin, sebuah khayamiya dengan ukuran 2m x 2m bisa selesai dalam waktu 4 bulan. Tentu saja harganya bisa mencapai ribuan Egypt pound dibandingkan dengan sebuah cushion berukuran 40x40 cm yang dihargai antara 50 LE sampai 150 LE. Selain lamanya waktu pengerjaan, harga kerajinan ini juga tergantung pada kerumitan desainnya.

Bagaimana? Anda tertarik?



Suasana Souq Khayamiya


Amm Tareq salah satu pengrajin Khayamiya yang sudah berkali-kali ikut pameran di luar negeri. Yang di belakangnya itu merupakan khayamiya karya beliau.




Hampir semua pengrajin khayamiya adalah kaum adam

Pasar grosir di sepanjang Muizz Street bagian selatan


 

Jun 30, 2015

Menikmati Begadang Bareng Orang Mesir

Awal-awal pindah ke Kairo saya cukup kaget dengan kebiasaan ini. Tapi lama kelamaan maklum juga. Bahkan saya cenderung menikmatinya. Seneng juga karena hypermarket, mall, cafe, warung makan buka sampai lewat tengah malam. Karena, di Indonesia saya nyaris tak pernah melakukannya. Selain toko, mall, cafe tutupnya tidak lebih dari jam 11 malam, jam 21.30 saja mata saya sudah enggan diajak kompromi hehe..

Di Kairo, begadang sampai pagi bukan hal aneh bahkan sudah jadi semacam gaya hidup orang di sini. Menurut cerita suami yang pernah tinggal di Libya, orang Libya pun punya kebiasaan yang sama. Mungkin menjadi kebiasaan hampir semua orang-orang Arab saya rasa. Terutama pada musim panas. Karena waktu malam menjadi terasa pendek. Matahari baru terbenam pada pukul 19,00 sedangkan kembali terbit pada pukul 04.00. 

Kalau Ramadhan bertepatan dengan musim panas seperti sekarang, maka kehidupan malam dimulai usai tarawih, Tarawih baru selesai rata-rata pukul 22.30 membuat waktu malam makin terasa amat cepat.

Umumnya cafe memang ramai setelah tarawih. Keramaian jalan sepertinya pindah ke cafe. Dari cafe kelas mall sampai cafe-cafe jalanan nyaris tidak ada yang sepi. Sebaliknya, jalan raya mendadak lengang, seneng juga sih kalau Kairo begini karena nggak stress kena macet. Dari mulai anak-anak sampai kakek-kakek, ibu-ibu sampai bapak-bapak nggak ada yang ketinggalan menikmati acara begadang sampai sahur ini.

Alhasil, pagi hari Kairo jadi seperti kota mati apalagi kalau weekend. Aktifitas paling pagi dimulai pukul 9 terutama bagi para pekerja kantoran. Toko-toko dan mall kebanyakan buka setelah dzuhur. Anak-anak sekolahan bisa tidur sepuasnya karena sekolah-sekolah Mesir libur 1 bulan sebelum bulan puasa sampai biasanya setelah Idul Adha. Total liburnya sekitar 4 bulan. Wow!

Begadang memang bukan kebiasaan yang bagus kata Bang Haji (baca: Rhoma Irama). Tapi bolehlah buat yang tinggal di Mesir seperti saya ya Bang? hehehe...

Bisa jadi hal ini nanti akan menjadi sesuatu yang paling saya rindukan dari Kairo ketika saya tidak lagi berada di kota ini. Selain tempat-tempat bersejarahnya, dan obyek foto eksotisnya. Juga kebiasaan orang-orangnya termasuk kebiasaan cangkrukan sampai pagi yang tak akan saya temukan di Indonesia. Mau coba???

_______
Dibawah ini adalah rekaman gambar suasana kehidupan malam diseputar kawasan Hussein dan Khan Khalili

Bapak-bapak cangkruk sambil nyisha

Cafe-cafe di kawasan Khan Khalili . Hampir seluruh kursi tersisi

Dipilihh..dipilih.... harga murah dijamin :D

Yang nggak mau ngopi cangkruk juga boleh koq (suasana di depan masjid Hussein)

Apr 2, 2015

Jejak Sejarah yang Hilang di Masjid al Haram


"Wah masjid ini beda banget sama pas aku ke sini beberapa tahun lalu. Dulu nggak ada bangunan ini," Kata Dilla teman satu rombongan sambil menunjuk salah satu sudut masjid.

Masjid tempat kiblat umat Islam berada ini memang terus berbenah. Mengalami renovasi besar-besaran sejak tahun 1980an. Menjadi salah satu sebab kuota haji dikurangi dalam beberapa tahun terakhir, hingga antriannya semakin panjang dan lama. 

Penyempurnaan bangunan terus dilakukan oleh pemerintah Saudi sebagai upaya memberi pelayanan terbaik bagi para tamu Allah. Yang sepanjang tahun tak pernah berhenti datang dari seluruh penjuru dunia. Menjadikan para peziarah semakin nyaman beribadah. Seperti misalnya tempat thawaf dan sa'i yang kini menjadi 3 lantai. Perluasan area masjid serta penambahan fasilitas lainnya.


Sejarah Masjid

Masjid seluas 356.800 meter persegi (88,2 hektar) ini merupakan masjid terbesar di dunia. Menampung hingga dua juta jamaah selama musim haji. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab (634-644), masjid mulai dibangun didahului dengan pembongkaran rumah-rumah disekitar Ka'bah . Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi jumlah peziarah yang semakin banyak

Lalu, pada masa Khalifah Ustman bin Affan (644-656) area sholat diperluas dan ditambah dengan kolom kayu sebagai penyangga atap. Masjid masih berupa ruang terbuka tanpa dinding dengan Ka'bah sebagai pusatnya.

Tahun 692, ketika Khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa, masjid mengalami renovasi besar pertama. Dinding luar ditinggikan, langit-langit masjid dilapisi kayu dan dicat emas. Tahun 705-715 kolom kayu diganti dengan marmer dan dihiasi dengan mozaik. Selanjutnya di era Dinasti Abbasiyah pada masa Khalifah Abu Ja'far al-Mansur (754-775), kolom-kolom masjid dipercantik dengan mozaik. Dan menambahkan menara di Bab al Umra yaitu di sebelah barat laut.

Masih di era dinasti Abbasiyah, masa Khalifah Al-Mahdi (775-785) dilakukan perluasan masjid karena jumlah peziarah yang semakin membludak. Bangunan lama dibongkar berikut rumah-rumah yang berdiri disekitar masjid. Masjid menjadi semakin luas dihiasi kolom marmer yang didatangkan dari Mesir dan Syiria. Masjid juga ditambah dengan 3 menara yang masing-masing berdiri di atas Bab al-Salam, Bab Ali dan Bab al-Wadi.

Pada tahun 1399, masjid mengalami kerusakan akibat kebakaran. Sebagian yang lain rusak karena air. Hingga masjid kembali dibangun pada masa Nasir Faraj bin Barquq, salah satu sultan era Dinasti Mamluk. Kolom marmer diganti dengan kolom batu yang diambil dari wilayah Hijjaz sedangkan atap ditambal dengan kayu yang diambil dari pegunungan di daerah Thaif,

Tahun 1571, pada masa dinasti Ottoman Turki, Sultan Selim II menugaskan kepala arsitek Mimar Sinan untuk merenovasi masjid. Yaitu penggantian atap datar dengan kubah. Menghiasi interiornya dengan kaligrafi emas dan penambahan tiang penyangga baru. 

Tahun 1611 masjid kembali mengalami kerusakan, hingga direnovasi kembali tahun 1629 pada masa pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640). Penambahan arcade dengan kolom-kolom yang lebih ramping diperindah dengan medali berbentuk prasasti diantara lengkungan. Lantai disekitar Ka'bah diganti dengan marmer. Pada bagian eksterior, masjid ditambah lagi dengan 7 menara.

Renovasi berikutnya dilakukan pada tahun 1955 dan 1973 atas perintah Raja Abdul Aziz. Yaitu pembangunan tempat sa'i yang dihubungkan dengan bagian utama masjid. Mengganti lantainya dengan marmer dan membangunnya menjadi 2 lantai. Tahun 1982 mulai dilakukan renovasi besar pada masjid Al Haram ini dan masih berlangsung hingga saat ini.

Dan... Masjid al Haram Kini

Beberapa bagian masjid peninggalan masa kesultanan Ottoman Turki tahun lalu masih tersisa sebagian, mungkin tidak sampai separuh. Arcade lama (Peninggalan sultan Murad IV) dibongkar dalam rangka perluasan area thawaf. Mungkin nanti akan dibongkar seluruhnya.

Sebagai penikmat sejarah, saya cukup menyayangkan dengan kondisi ini. Apalagi saya juga sudah terbiasa melihat situs-situs bersejarah di Mesir utuh dan terawat hingga kini. Masjid-masjid tua yang tidak sedikitpun diubah.

Padahal kalaupun bagian masjid yang lama tetap dipertahankan, saya rasa bisa karena tidak mengganggu. Rasanya gimana gitu menyentuh bangunan yang dibangun ratusan bahkan ribuan tahun lalu. 


Sebaliknya, gedung-gedung pencakar langit semacam Abraj Al Bait Tower yang konon adalah salah bangunan kedua tertinggi di dunia, hotel-hotel dan mall mewah seakan tumbuh bak jamur disekitar area masjid. Sampai ada lelucon, "Abis thawaf di masjid lanjut thawaf di mall yuk!"


Kini Ka'bah seolah terkepung pencakar langit dan makin tenggelam.  Zam-zam tower seakan menjadi landmark baru kota Mekkah. Jejak sejarahnya seolah lenyap, hanya tersisa cerita.

Arcade lama yang dibangun pada masa kekhalifahan Turki Usmani.
Tahun lalu bagian ini sudah tinggal tak sampai setengah lingkaran. Karena memang bangunannya melingkari Ka'bah


Renovasi masjid yang dilakukan terus menerus  
Penambahan area thawaf menjadi bagian dari renovasi
(suasana pada musim haji tahun 2014) 

Arcade pada bangunan masjid baru  
Salah satu bagian dari bangunan masjid yang baru  
Landmark baru kota Mekkah


Sumber sejarah :

The Holy Mosque, Mecca
(www.sacred-destinations.com)

Mar 22, 2015

[Faiz Post] Climate Change


A climate change is caused by pollution. When we use the car, the engine makes a gas called CO2.
The CO2 comes out from the exhaust pipe and floats onto the air. Because lots of people use car, lots of CO2 floats onto the air. 

When we leave the TV and lights on, it uses electricity. Electricity comes from power station and that makes lots of CO2. Airplanes make even more CO2 than cars.

There is lots of CO2 in the air, that it's covering us like a big blanket.  The CO2 can make the air too hot. Sometimes the ground gets too dry when there is not enough rain.

Sometimes the hot air makes big storm called cyclones. Cyclones make big waves that smash up coral reef. The sea could get too hot causing the coral reef die. The fish will not have any habitat and will go away.

We could keep the earth wonderful by using bicycle and turn off the TV and light when not used.


Faiz Firdaus
(6 JG)

Dec 12, 2014

[Faiz Post] My Autobiography

In 1997 my first sister was born, my mom and dad were so happy because it was their first child. She has a straight hair, she wasn't that tall. After a while my second sister was born. She was born in 2000. She likes to sing very much but not these days. In 2003 my mom accidently had a baby but she was sadly not alive. My dad carried her and than buried her near my house. 

Later I was born. I didn't have any hair until the age of 2. My first word was 'grandma' cause I thought my mom was my grandma :). Often I went to my grandma's house. I've been to a plane since was a baby.

In 2005 my dad went away to France. He went to the Eiffel tower with his friends. When he went back to Indonesia, he bought us lots of souvenirs and toy. And he bought my mom a silver-gold necklace.

After a while in 2006 we move house. Then I meet neighbour whom turns into my best friend. He is 2 years older than me but he is very kind. He had a little sister at the age of me. We live there for a couple years. Then I had kitten, I kept it until she is old.

In 2008 we went to Malaysia for 1-2 weeks. We went to a mountain and we went to a place like Disneyland but smaller. I went to a spaceship there and I saw an alien. We bought a lot of souvenirs and dolls.

In 2010 I went to Hong Kong with my family. We went there for 5 days. We went to Disneyland. I saw a massive castle with a Mickey Mouse painting in front of it. After that we went to a 4D cinema it was so fun we watched Donald duck. Lots of people in Hong Kong didn't understand English so we had to deal with it. At breakfast I ate noodle and soup at an Indonesian restaurant.

In 2011 we moved house but I often went to my old house. My old house is really close to my new house. After a few months we moved to Egypt. I got confused because it's the reverse driver seat. When I arrived at my house I was just amazed, because it was the best house we've ever had.

My mom likes to take pictures and travels. Then we went to Pyramid, I was shocked of how big it is. When I was small I used to think it was the size of a mall. After a week I went to MBIS, I was in year 3 that time. I didn't have any friends till William came, but he just went to school for a week and then he left forever. But Rei and Vivian came and became my friends.

After I finished year 4 I went back to Indonesia but realized there was going to be a revolution. We were supposed to come back at the 21st of August but my dad's company didn't let us because there was revolution.

But at January my dad's company let us go back to Egypt but my sister didn't want to go back because she got fewer friends in  Egypt but she got more friends in Indonesia. So I, my dad and my mom went back to Egypt. After we arrived in the airport the guy said, "You don't have enough visas." Then he took us to an office and I felt very scared because the office is like prison. But than we just passed it.

Then I came back to MBIS and stayed there until now on. I was in year 5 that time. At April we went to Cyprus and we went to lots of place. We stayed at house located in high ground. I slept at a bunk bed.

In year 6, I wore a tie and it was not nice :). On September my mom and dad left me to Hajj. I stayed with my dad's friends for 3 weeks. They were supposed to come at 18th of October but they delayed it  to the 19th of October. It was kind of hard to control myself without my mom and dad. When they came back, they bought me a watch and I was very happy :)



Faiz Ahmad Firdaus
(Year 6 JG MBIS)



With my sisters

With my neighbour and best friends in Indonesia
With my best friends in MBIS




Nov 30, 2014

Haji (setengah) Backpacker #5: Jalan Pulang yang Tak Mudah

Sampai detik-detik kepulangan kami ke Kairo ternyata drama belum berakhir.....

Pukul 12.00, kami check out dari penginapan. Menuju airport dengan menumpang taxi. Jadwal penerbangan kami pukul 14.15 dengan Nile Air.



Setibanya di terminal N (internasional) bandara King Abdul Aziz Jeddah segera kami cari counter Nile Air untuk check in. Kami sodorkan tiket dan paspor. Petugas membolak balik lembaran paspor kami dan bertanya, "Hajj visa???" Ya jawab saya. Lalu dia memanggil seseorang. Dan ia bertanya, "Kamu beli tiket di mana??"

"Travel agent di Madinah.."jawab suami.

Betapa terkejutnya kami saat dia mengatakan bahwa Nile Air tidak menerima penumpang dengan visa haji. What???! Jadi salah kami di mana? Kami booking, kemudian tiket di issued dan kami membayar tunai.

"Saya nggak tau, kenapa tiket itu bisa keluar."

"Kalau anda saja heran, apalagi kami. Lalu bagaimana ini??" Tanya suami

"Ya kami tetap nggak bisa angkut kalian. Mari Ikut saya... "

Kami lalu membuntuti orang itu menuju sebuah kantor. Saya duduk menunggu dan suami masuk. Entah apa yang dibicarakannya di dalam. Yaa Rabb apa lagi ini. Sekitar 30 menit kemudian suami keluar..

"Kita harus segera cari tiket lagi. Tiket yang ini gak mungkin bisa kita pakai lagi. Mereka bilang, nanti ke kantor saja untuk refund.."


"Hah?? Cari tiket dadakan begini emang nggak susah?"

"Tadi sudah aku tanya ke travel. Mungkin ada, harganya kisaran 1000 Riyal. Mereka bilang segera saja ke counter Saudi Airline biar bisa ikut flight jam 5 sore ini. Counternya ada di bandara sebelah sana. Kita ke sana naik taxi.."

Bergegas kami cari taxi. Tiba-tiba seorang pria paruh baya menawarkan diri..

"Taxi? Mari saya antarkan.." katanya
Awalnya kami ragu, namun orang itu berhasil meyakinkan kami.

"Saya mau cari tiket Saudi Airlines. Antar saya ke bandara Saudi Airlines.."
Bandara King Aziz Jeddah ini memiliki 3 terminal. Terminal Internasional, terminal khusus haji dan umrah serta terminal khusus maskapai Saudi Airlines.

"Ok.. saya tahu." kata laki-laki itu.

"Berapa?" Tanya suami

"Tsamaniyah.."katanya

Mendengarnya saya sedikit terkejut "Koq murah mas? Nggak digenapin 10 aja"bisik saya

"Ya udah nanti kita genapin 10," jawab suami.

10 menit kemudian kami sampai bandara yang dimaksud. Suami menyodorkan uang 15 riyal. Tapi ternyata si sopir taxi mengatakan bahwa ongkosnya tsamanin alias 80 riyal. Duh.. ternyata ada scammer juga di sini. Dikira nggak tahu kali yah bedanya tsamaniyah dengan tsamanin.

Setelah sedikit adu argumen, suami mengatakan bahwa ongkos dari kota saja hanya 20. Lha ini antar bandara koq 80. Akhirnya si sopir mau disodori uang 25. Buru-buru saya turunkan koper dari bagasi taxi. Dan masuk ke dalam bandara. Suami segera mencari counter SA di dalam. Sedangkan saya menunggu pasrah sekaligus cemas. Bisa pulang malam ini atau harus menginap di bandara. Sedangkan Faiz sudah beberapa kali bertanya melalui Whatsapp, "Bapak sama ibu jadi pulang hari ini kan?"

Kurang lebih 1 jam berlalu, tiba-tiba saya ingat sesuatu. "Backpack saya mana ya. Koq nggak ada?? Saya cari disekitar tempat saya duduk. Dan tidak ada. Duh.. dimana ya?? Sepertinya nggak mungkin tertinggal di taxi karena saya ingat betul tidak ada barang lagi setelah saya turun tadi. Ahh.. mungkin dibawa suami, pikir saya.

Beberapa saat kemudian suami muncul. Saya pun bertanya, 
"Dapat tiketnya?" 

"Aku dapat tiket tanpa bayar. Kita check in sekarang. Flightnya jam 18.40"

"Koq bisa???" Tanya saya tak percaya

"Aku tadi ke kantor flynas. Yang kebetulan ada disebelah kantor SA. Mencoba reschedule tiket kita. Ternyata bisa, mereka tidak minta tambahan biaya sepeserpun."

Padahal menurut teman satu rombongan kami yang juga coba reschedule tiketnya 10 hari lalu, bilang tidak bisa. Dan tiketnya hangus.

Ternyata, waktu antri untuk beli tiket SA (setelah muter kesana kemari), dia melihat kantor Flynass yang bersebelahan dengan kantor SA. Sebenarnya nothing to loose sih, dapat syukur, nggak dapat berarti memang rejeki kami harus beli tiket lagi. Dan nyatanya Allah memberi pertolongan tepat waktu. Alhamdulillah..

Bagaimana dengan backpack yang hilang? Kami sudah mencarinya di semua sudut bandara, di kantor lost and found juga bertanya pada polisi, namun hasinya nihil. Kami tak menemukannya hingga waktu boarding. Ya sudah, saya harus mengikhlaskan kamera Sony saya, yang berisi foto-foto selama 20 hari kemarin. Terutama foto selama berjalan antara Afarah ke Muzdalifah dan ngemper di jalanan Mina. Biarlah tanpa kenangan gambar tapi saya akan ingat seumur hidup tentang momen itu. Dan tidak akan pernah lupa. Beruntung tidak ada dokumen penting (paspor) dalam backpack itu. Semoga saja backpack beserta isinya bermanfaat buat yang menemukannya. 

Soal refund tiket Nile Air belum terpikirkan. Yang penting bisa pulang ke Kairo dulu. Dan tepat pukul 22.00 waktu Kairo, kami kembali menghirup udara bumi para anbiya ini. Terlambat 1 jam dari jadwal semula. Menginjakkan kaki lagi di rumah. Alhamdulillah.

Tidak ada yang mudah dalam hidup, semua butuh usaha dan prasangka baik kepadaNya. Sungguh perjalanan ini adalah perjalanan yang sarat pelajaran dan makna. Kerepotan-kerepotan yang terjadi tidak sebanding dengan perjalanan menghadiri undangan yang sampai 15 tahun lebih awal ini.

Maadi, 19 Oktober 2014



Tiket Nile Air akhirnya berhasil di refund. Dari total 1600 Riyal kami dapat lebih dari separuh, 1000 riyal. Backpack tetap tidak diketemukan. Beruntung masih ada sedikit foto yang tersimpan di ponsel.

Haji (setengah) Backpacker #4 : Terdampar di Jeddah


source

Urusan dokumen berikut "dramanya" berhasil kami lewati. Ada pula hikmahnya, kami jadi tahu bagaimana jalur birokrasi urusan haji yang super njlimet dan ketat ini. Beruntung suami menguasai sedikit bahasa Arab (baca: 'amiyah Mesir) yang ternyata juga cukup membantu urusan itu.

Usai sholat Isya', kami check out dari Al-Khalej Palace, pondokan kami selama di Madinah. Setelah menyerahkan kunci kamar dan menyelesaikan administrasi kami berdua bergegas menuju kantor agen Saptco di Crown Plaza Hotel. Pria Mesir yang melayani pembelian tiket di kantor itu sudah mengingatkan kami untuk stand by sebelum jadwal keberangkatan pukul 22.00. 

Tidak jauh sebenarnya, jalan kaki hanya 15 menit-an. Tapi 2 koper, 2 backpack, ditambah 10 liter air zam-zam cukup membebani langkah kaki kami. Akhirnya kami putuskan untuk menumpang taxi, dengan membayar 10 riyal.

Oh iya, air zam-zam di Madinah ternyata banyak. Harganya pun sama. Jadi sebenarnya nggak perlu susah-susah beli di Mekkah. Kami beli zam-zam di Mekkah untuk antisipasi kalau di Madinah tidak ada. Itu juga atas saran dari Izul, teman mahasiswa kami di Kairo. "Takutnya gelo (nyesel) nggak nemu Zamzam di Madinah, bu" begitu katanya.

Pukul 21.45 setelah menyimpan barang bawaan kami ke dalam bagasi, kami masuk ke dalam bus. Benar-benar berbeda dengan bus yang kami tumpangi waktu berangkat kemarin. Interiornya sangat lapang. Di depan kursi tersedia meja dan di bawahnya terdapat colokan listrik untuk ngecharge. Malam itu tidak banyak kursi yang terisi . Mungkin hanya sekitar 12 orang termasuk kami berdua. Jadi saya bisa selonjoran, karena suami duduk di bangku paling depan. 


Source


Bus ini merupakan bus reguler yang melayani penumpang lokal dan mukimin. Rutenya adalah Mekkah-Madinah, Jeddah-Madinah, Riyadh-Al Khubar, dan Riyadh-Bahrain. Tiketnya juga bisa di pesan online di sini. 

"Dari mana mas?" Tiba-tiba sopir bus yang usianya (mungkin) sebaya saya menyapa suami

"Saya dari Lamongan Jawa Timur, tapi kebetulan tinggal di Kairo, Mesir" Jawab suami.

"Ikut rombongan haji Mesir kalo gitu mas?" Tanyanya lagi.

"Iya kami ikut rombongan jamaah haji Mesir,"jawab suami.

"Saya Agus, dari Jombang mas..."

"Oh ya? Aku Ismail, Jombang endi (mana) mas?

Begitulah, obrolan pun mengalir karena kami sama-sama dari Jawa Timur. 3 orang laki-laki (1 orang lagi sopir cadangan yang berasal dari Jawa Barat) itu asyik ngobrol. Saya sendiri terlelap. Bus ini memang benar-benar nyaman. Perkiraan kami, perjalanan akan memakan waktu 6 jam-an.

Namun ternyata perkiraan itu meleset. Perjalanan Makkah-Madinah yang beberapa hari lalu memakan waktu hingga 12 jam. Ternyata perjalanan dari Madinah menuju Jeddah ini hanya butuh waktu 4 jam saja. Bus Saptco yang disopiri mas Agus yang orang Jombang ini sepertinya pakai tenaga turbo. 

Pukul 02.00 dini hari bus berhenti di sebuah hotel, kami pikir sedang menurunkan penumpang. Kami santai saja duduk di bus dan tidak ikut turun. Tapi koq saya lihat ke belakang, kursinya sudah kosong. 

Lalu saya tanya mas Agus,

"Lho mas ini sudah nyampe ta??"

"Iya mbak ini sudah sampai. Mbak sama Mas Ismail tunggu saja di lobby. Kalau mau jalan-jalan ke kornis tunggu habis subuh aja."

Oalahhh mas, badanku wes remek ngene gak selera mau jalan-jalan ke kornis (ngomong sendiri dalam hati :D ) Kalau mau ke bandara juga kepagian. Pesawat kami berangkatnya jam 14.00 jadi ngapain juga bengong di sana hiks..hiks.. Jadi terbayang kasur empuk. 


"Mas coba tanyain ke resepsionis, berapa tarif nginep di sini. Masa kita duduk-duduk di sini sampai besok siang. Lumayan kan 10 jam nunggu."

Suami lalu mengampiri meja resepsionis. Beberapa saat kemudian ia kembali ke tempat saya duduk.

"Mahal, 500 riyal. Kita kan cuma butuh setengah hari saja. Nggak sampai nginep. Tapi kata dia, ada penginapan murah dekat sini. Sekitar 150-200 riyal tarifnya. Gimana, kita ke sana..?

Bergegas kami keluar dari lobby hotel, menuju penginapan yang ditunjukkan resepsionis itu, Hanya berjarak 200 meter, kami menemukan hotel yang di maksud. Alhamdulillah masih ada kamar kosong. Kamarnya lumayan, setara lah dengan tarifnya yang 150 riyal. Jadilah kami berdua merebahkan diri ditempat ini selama kurang lebih 10 jam sambil menunggu waktu terbang ke Kairo. Lumayanlah daripada keleleran gak jelas.. :D


Jeddah, 19 Oktober 2014


Catatan Selanjutnya...  Jalan Pulang yang Tak Mudah

Nov 27, 2014

Haji (setengah) Backpacker #3: Pulang

Tiket pesawat pulang sudah kami dapatkan. Walau mengeluarkan dana tambahan sebesar 1600 riyal karena tiket rombongan yang tidak bisa reschedule. Tapi kami lega akhirnya dapat tiket, juga.

Berikutnya, kami harus lapor ke kantor maktab Indonesia untuk menjadwal kepulangan kami ke Kairo. 

Kamis 16 Oktober 2014, siang itu selepas sholat dzuhur kami ke sana. Kantor maktab letaknya tak jauh dari masjid Quba. Kami pikir para petugas kantor itu adalah orang Indonesia. Dugaan kami meleset, karena ternyata isinya orang berwajah Arab semua.



Kantor layanan jamaah haji Indonesia. Tulisan-tulisan di kantor ini hampir semua berbahasa Indonesia.
Tapi pegawainya 100% orang Arab

Prosedur pengambilan paspor ternyata juga tidak semudah yang kami kira. Terutama bagi kami yang hanya berdua tanpa rombongan. Panitia haji tidak akan menyerahkan paspor kita begitu saja, sebelum bisa memastikan bahwa kita akan benar-benar meninggalkan Saudi.

Setelah tiket pesawat kami tunjukkan, kurang lebih setengah jam kemudian petugas mengeluarkan sebuah surat. Yang nanti harus kami serahkan di terminal hijrah Madinah hari Sabtu malam (18/10). Jadwal bus yang tertera dalam surat itu adalah pukul 23.30. Setelah surat itu ditunjukkan baru kemudian kami akan diangkut bus resmi (angkutan haji) menuju Jeddah. Dan paspor diserahkan pada jamaah.

Sepulang dari kantor itu, tiba-tiba kami berubah pikiran. Kami tidak pulang dengan bus yang disediakan panitia haji. Agak trauma dengan kejadian pada saat berangkat kemarin. 12 jam di jalan. Karena kalau itu terjadi, maka jadi mepet dengan waktu boarding di bandara. 

Ada banyak mobil yang menawarkan angkutan ke Jeddah. Harganya cukup variatif. Ada yang harus sewa satu mobil yang tarifnya sekitar 1000 riyal per mobil. Bisa patungan, sesuai kapasitas mobilnya. Kalau mau sewa untuk berdua pun harganya sama. Jadi hitungannya per mobil. Terlalu mahal buat kami berdua.

Ada yang hitungannya per orang. Ini banyak yang ngetem di depan penginapan kami. Tarifnya sedikit lebih murah, 60 riyal per orang. Mobil yang digunakan biasanya sejenis MPV. Hampir saja pilih ini tapi kami pikir agak kurang nyaman karena tempat duduknya yang sempit. Belum lagi bawaan kami yang tentu akan menyita tempat karena bagasi mobil yang terbatas. 

Akhirnya pilihan jatuh pada bus Saptco VIP. Tarifnya 100 riyal per orang. Harganya lebih masuk akal dibanding yang lain. Paling tidak setara dengan pelayanannya. Sebenarnya juga tidak jauh beda dengan tarif bus yang disediakan panitia haji. Saya lihat di stiker rusum yang ditempelkan di paspor, tarif bus Madinah-Jeddah 97,5 riyal. Tapi untuk kondisi bus kenapa jauh beda ya...

Lalu kami menuju kantor Saptco yang berada tak jauh dari masjid Nabawi untuk booking tempat duduk. Namun sayang, kami tidak bisa booking karena mereka tidak menerima bookingan tanpa paspor. Karena bus ini memang bukan angkutan untuk jamaah haji. Sedangkan paspor kami kan masih di kantor maktab. Duh...

Sabtu siang usai dzuhur, kami kembali kantor maktab Indonesia. Mengutarakan maksud kami untuk kembali ke Jeddah dengan bus umum, bukan bus khusus jamaah yang sudah disediakan panitia. Alhamdulillah, tanpa urusan yang berbelit-belit ro'is yang baik itu mengabulkan permohonan kami. Tidak butuh waktu lama (sekitar 30 menit), beliau mengambilkan paspor kami yang ternyata sudah disetorkan ke terminal hijrah. (12 jam sebelum keberangkatan jamaah, paspor dikumpulkan di terminal hijrah).

Selanjutnya sang ro'is yang baik itu, mengutus Ahmad, asistennya mengantar kami ke kantor agen bus Saptco. Sudah dilayani dengan amat ramah, diberi layanan spesial pula hehe... 

Sekitar 20 menit kemudian kami tiba di dekat Crown Plaza Hotel, tempat agen Saptco VIP berkantor. Sesampainya di sana, saya menunggu di mobil, sedangkan Ahmad mengantar suami booking tiket bus. Untuk memastikan bahwa jamaah benar-benar meninggalkan Madinah lalu keluar dari Saudi.

Finally...

Kami berhasil booking tiket Saptco untuk berangkat Sabtu malam. Paspor yang selama 3 minggu ini tidak bersama kami, kini kembali lagi. Malam ini pukul 22.00 waktu Saudi kami harus meninggalkan Madinah. Untuk selanjutnya terbang menuju Kairo.


Madinah, 18 Oktober 2014


Tiket Saptco akhirnya bisa di booking



Catatan selanjutnya... Terdampar di Jeddah

Nov 25, 2014

Haji (setengah) Backpacker #2: Melacak dan Berburu

Masjid Nabawi, Madinah


Melacak Paspor

Perjalanan 12 jam Makkah-Madinah sukses membuat kami babak belur. Terkapar kelelahan. Sampai-sampai lupa menanyakan paspor pada petugas urusan haji yang ikut dalam bus yang kami tumpangi. Karena buru-buru turun untuk check in hotel. 


Pagi itu, sambil menunggu waktu dzuhur, saya mengajak suami melacak paspor yang belum kami ketahui rimbanya. Ini dokumen penting. Bahaya kan kalau sampai kami tidak tahu keberadaannya. 


Pertama kali kami menuju receptionist hotel, "Andonesi??"  petugas berwajah India itu bertanya .

Kami mengangguk.

Lalu ia menyodorkan sebuah kartu bertuliskan sebuah alamat. 

"Paspor Indonesia ada di alamat itu. Maktab Indonesia" Katanya dalam bahasa Arab. 
"Paspor kami memang Indonesia, tapi kami berangkat dari Mesir. Mungkin paspornya ada di maktab Mesir" jawab suami. 

Kemudian petugas itu menyodorkan kartu lain, raut mukanya sedikit bingung.


Kartu alamat maktab (kantor urusan haji) Indonesia dan stiker rusum


Segera kami mencari taxi, dengan menunjukkan alamat di kartu itu. tak sampai 5 menit kamipun sampai. Sopir taxi di Madinah lebih ramah daripada di Mekkah. Tarifnya wajar dan tak memanfaatkan orang yang tidak tahu dengan narik ongkos semaunya.

Ada beberapa kantor yang ada di sana. Kami memasuki salah satunya. Setelah mengucapkan salam, petugas menanyakan maksud kami. "Paspormu mugkin ada di sana," sambil menunjukkan kantor lain di depannya.


Kamipun mengikuti petunjuknya. Ada banyak orang yang sedang menunggu. Kantor ini sepertinya maktab gabungan jamaah haji mandiri dari Maroko dan Mesir. Setelah mengantri beberapa saat, suami dipanggil. Ditanya nama dan nomor paspor. Untung saja scan paspor sudah disimpan di ponsel karena memang kami tidak bawa fotocopy-nya. 


Petugas itu melacak paspor kami melalui komputernya. Dan hasilnya, paspor berada di maktab Indonesia.  


"Kita ke sana sekarang..?" tanya saya 
"Besok saja. Nanti setelah Ashar, coba kita cari tiket. Aku hubungi Jihad dulu, barangkali dia bisa bantu.." kata Suami

 Berburu Tiket Pulang

Karena tiket Flynass untuk kembali ke Kairo tidak bisa di reschedule, mau tidak mau kami harus cari tiket baru. Sebenarnya bisa sih booking tiket online pakai kartu kredit. Tapi masalahnya, kartu kredit suami sudah lama expired. Terpaksa harus cari travel agent untuk beli tiket baru. Saat menghubungi Jihad, dia janji mengantar kami cari tiket setelah Isya'. 


Awalnya kami hanya merencanakan 3 hari saja di Madinah (13-16 Oktober). "Kalau cuma 3 hari koq rasanya kurang lama ya di sini, mas.." keluh saya. 


Usai sholat Isya', Jihad dan Nashor temannya menepati janjinya untuk menemani kami mencari tiket. Ternyata tak jauh dari masjid ada travel yang buka. Gegas kami menuju ke sana. Pertama kami cari untuk tanggal 16 Oktober. Ternyata harga tiket cukup tinggi untuk tanggal 16,17,18 Oktober. Hampir semua di atas 1000 riyal untuk tiket Jeddah-Cairo sekali jalan. Yang harganya di bawah 1000 ada di hari Minggu tanggal 19 Oktober, 800 riyal. 


Ya sudah, tiket Nile Air, Jeddah-Cairo tanggal 19 Oktober akhirnya kami booking. Jadwal pulang harus mundur 2 hari dari rencana. Yaa Allah... Engkau dengar keluhanku, lalu Engkau kabulkan seketika. Subhanallah...



__________________________

“Tuliskan rencanamu dengan sebuah pensil, tapi berikan penghapusnya pada Allah. Izinkan Dia menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantikannya dengan rencana-rencana yang indah.”




Catatan selanjutnya.. PULANG


                                                                  

Hijjaz Railway, Madinah



Museum Madinah
di bekas stasiun kereta api

Informasi mengenai tempat ini kami dapatkan dari 2 orang mahasiswa Lamongan yang kuliah di Madinah. Tempat yang mungkin jarang masuk dalam daftar ziarah jamaah haji atau umrah Indonesia. Padahal letaknya hanya sekitar 1 km di selatan masjid Nabawi. Tepatnya di bundaran Bab al Anbariyah. 

Cukup jalan kaki. Atau kalau sedang tidak ingin jalan, naik taxi dari depan masjid Nabawi hanya 5 riyal ongkosnya. Bilang saja Mahattah Hijjaz ke sopir taxi.

Terbukti pada saat ke sana, hanya jamaah dari Turki yang banyak kami temui. Maklum saja, tempat ini merupakan salah satu peninggalan khalifah Turki Usmani ketika menguasai Hijjaz (1517-1915). 

Bangunan bergaya arsitektur Usmani, sebelumnya merupakan stasiun kereta api, sebelum beralih fungsi menjadi museum Al Madinah Al Munawwarah. Tidak dipungut biaya untuk masuk ke sini. Buka mulai pukul 9.00 hingga pukul 21.00. 

Museum ini menyimpan berbagai benda-benda bersejarah. Antara lain beberapa manuskrip yang ditemukan di sekitar Mekkah dan Madinah, busur yang pernah digunakan oleh Sa'ad bin Abi Waqass. Gambar-gambar kota Madinah lama bahkan uang yang digunakan pada jaman Nabi.


Surat nabi pada gubernur Mesir

Panah Sa'ad bin Abi Waqass


Manuskrip Qur'an abad ke 12


Sedikit cerita tentang jalur kereta api Hijjaz...

Jalur kereta api ini awalnya dibangun untuk mengangkut jamaah haji dari Damaskus (Syiria) dan Madinah melalui Amman, Jordania. Ide pembangunannya sudah tercetus tahun 1864 ketika kereta api menjadi moda transportasi paling populer masa itu.

Sebelum dibangun jalur kereta api, perjalanan haji dari Damaskus memakan waktu hingga 2 bulan. Merupakan jalur yang sangat berat. Terutama untuk menaklukkan tantangan suhu yang ekstrim. Sangat dingin bila musim dingin dan panas kering waktu musim panas.

Pada tahun 1908, jalur kereta api Hijjaz ini resmi dibuka. Menghabiskan dana yang tidak sedikit. Sumbangan dari berbagai pihak diantaranya Sultan Abdul Hamid (Turki), Khedive Mesir dan Shah Iran. Juga hasil dari penggalangan dana dari masyarakat luas.

Tahun 1912, kereta api mampu mengangkut 30.000 jamaah. Namun mengalami lonjakan hingga 300.000 jamaah tahun 1914. Butuh biaya yang tidak sedikit terutama untuk menjaga jalur kereta api ini dari gangguan suku2 di pedalaman Arab. Yang merasa sumber penghasilan tahunannya berkurang akibat jamaah yang sebelumnya menggunakan jasa mereka sebagai pemandu dan pemilik unta sewaan. Sekitar 5000an tentara Turki dikerahkan untuk menjaga jalur ini.

Selama PD 1 (1914-1918) berlangsung, jalur kereta api mengalami kerusakan yang parah bahkan hancur. Sempat akan dibangun kembali setelah PD 1 usai namun biaya yang dibutuhkan sangat mahal. Terlebih lagi pada tahun 1971 pembangunan jalan raya dan jalur penerbangan sedang mengalami kemajuan yang cukup pesat.

Kini jalur kereta api ini hanya menyisakan kenangan. Tertarik mengunjungi tempat ini..?



Bagian dalam museum

Display di lantai 2


Rel kereta di bagian belakang museum




Nov 24, 2014

Haji (setengah) Backpacker #1: 12 Jam Makkah-Madinah

Sebuah SMS masuk ke handphone suami. 

"Pak Ismail jadi berangkat ke Madinah kapan? Tanggal berapa? Nanti saya bantu urus di Maktab" SMS dari ustadz Erwin rupanya.

"Iya ustadz, rencananya kami berangkat Senin, 13 Oktober," Balas suami.

"Ok pak, sore nanti saya urus prosedur keberangkatannya ke maktab."

Sejak awal kami memang berencana untuk memisahkan diri dari rombongan. Cuti suami yang tersisa tidak memungkinkan untuk mengikuti jadwal yang ditetapkan travel, yaitu selama 30 hari terhitung dari 29 September sampai 28 Oktober.

Keterbatasan cuti itu yang memaksa kami untuk pulang ke Kairo lebih cepat. Cuti suami tahun ini sudah terpakai 25 hari untuk mudik lebaran. Hanya tersisa sekitar 8 hari. Sama sekali tidak diantisipasi untuk cuti haji karena tak menduga akan berangkat secepat ini. 

Hal itu juga sudah diutarakan suami pada Ustadz Erwin pada saat mendaftar. Namun, karena tiket pesawat dibooking sehari sebelum berangkat, maka jadwal kepulangan rombongan haji dibuat sama yaitu tanggal 28 Oktober 2014. Resechedule saja setelah sampai Mekkah nanti, begitu pikir kami.

Tiket pesawat ternyata tidak bisa di reschedule karena merupakan tiket grup. Jadi terpaksa kami harus beli tiket lagi (di Madinah). Sempat mau titip ustadz Erwin, tapi karena dia cukup sibuk dan waktu yang sempit, tak sempat lagi mencarikan tiket untuk kami.

Malam itu, Ustadz Erwin menelpon..  

"Pak Ismail, sudah saya urus keberangkatannya besok. Bapak dan Ibu harus stand by di kantor maktab pukul 12.00 siang. Mereka minta booking hotel di Madinah minimal 1 hari. sebagai syarat meninggalkan Mekkah. Sudah saya booking sekalian, 200 riyal per hari."  

"Baik Ustadz, terimakasih. Besok usai thawaf Wada' kita ketemu untuk ambil tanda booking hotel berikut pembayarannya,"



Haji (setengah) Backpacker

Bukan tak pernah membayangkan kalau kami akan menjalani haji seperti ini. Dulu saya bahkan ingin sekali melakukan perjalanan haji seperti kalau kami traveling. Bebas pergi kemana-mana karena itenerary disusun sendiri tanpa dijadwal dan dikoordinir oleh travel atau ketua rombongan.

Dinamakan haji backpacker juga tidak. Karena keberangkatan kami dari mulai visa, tiket pesawat dan penginapan di Mekkah diurus semua oleh travel. Aturan dari pemerintah Saudi memang sangat ketat untuk urusan haji ini. Paspor kita saja ditahan oleh panitia haji selama kita berada di sana. Jadi sulit untuk benar-benar menjalani haji backpacker kecuali nekat. Masuk dari negara tetangga lalu bergerilya melintasi gurun untuk melewati perbatasan menuju Mekkah. Resikonya bayar denda tinggi atau masuk penjara kalau ketahuan.  

Memisahkan diri dari rombongan keluar menuju Madinah. Lalu urusan yang mestinya ditangani ketua rombongan, sejak itu kami urusi sendiri. Termasuk urusan keluar dari Madinah kembali ke Kairo (akan saya ceritakan nanti). Perjalanan ini yang kami sebut haji setengah backpacker


Selamat Tinggal Makkah


Usai menjalani thawaf Wada', thawaf perpisahan hari itu, kami berdua bersiap meninggalkan Mekkah. Jangan tanya perasaan saya saat menjalaninya. Mungkin hampir semua orang yang akan meninggalkan Mekkah punya perasaan yang sama dengan yang saya rasakan. Sedih luar biasa.. Semoga Allah ijinkan kami kembali ke tempat ini.


Seperti anjuran ustadz Erwin, kami harus berada di maktab sebelum pukul 12.00 maka pukul 11 siang itu bergegas meninggalkan penginapan. Taxi mengantar kami persis di depan jalan masuk kantor maktab. Tertulis di papan yang menempel di dinding, 179. Ini memang maktab kami.


Setelah melapor dengan menunjukkan name tag dan bukti booking hotel di Madinah kami di persilahkan menunggu. Ada sekitar 7 orang yang berada di ruangan itu. Di kantor maktab inilah paspor kita di simpan selama berada di Mekkah. 


Usai sholat dzuhur, kami dipanggil untuk masuk ke sebuah minibus. Ternyata total ada 12 orang yang berangkat dari maktab 179 ini. Yang Indonesia, hanya kami berdua. Selebihnya dari Mesir dan Yaman. Saya pikir, minibus ini yang akan membawa kami ke Madinah. Ternyata tidak.


Minibus masuk ke sebuah terminal besar. Banyak bus-bus besar terparkir di sana. Terminal ini disebut terminal hijrah. Jadi dari maktab kami akan diangkut dengan bus besar berisi sekitar 50-60 orang. Digabung dengan jamaah dari maktab lain. Hanya kami berdua yang berwajah Asia lainnya rata-rata berwajah Arab.


12 jam Makkah-Madinah


Jarak Mekkah-Madinah kurang lebih 435 km. Estimasi waktu tempuh sekitar 4-5 jam. Jalan luar kota di Saudi hampir mirip dengan di Mesir, lebar dan mulus. Berdasarkan pengalaman, perkirakan waktu tempuhnya sama dengan Cairo-Hurghada karena jaraknya sama dengan Mekkah-Madinah.


Setelah bus terisi penuh dan barang-barang bawaan dirapikan ke dalam bagasi, sebagian di susun di atap bus. Tepat pukul 15.00 sore itu kami berangkat menuju Madinah. Perkiraan kami, bus masuk kota Madinah sekitar pukul 20.00. Ternyata dugaan kami meleset. 


Bus berjalan dengan kecepatan 50 km/jam dan berhenti di tiap waktu sholat. Pukul 21.00 kami masih di tengah perjalanan. Lihat Google maps, Madinah masih 150 km lagi. Saya merasakan kaki saya bengkak karena terlalu lama duduk dengan kaki yang terbungkus kaus kaki. Mungkin karena karetnya terlalu ketat hingga membuat aliran darah tidak lancar.  


"Kita berhenti di mana nih koq lama sekali ya," tanya saya pada suami

"Kita sudah masuk perbatasan Madinah tapi sepertinya kita berhenti di Madinatul Hujjaj" Jawabnya

"Sudah jam 12 malam kita belum sampai juga.." keluh saya"Sudah menghubungi temannya Izul, Mas? 

Izul adalah teman kami di Kairo. Dia merupakan mahasiswa Al-Azhar yang berasal dari daerah yang sama dengan suami. Dia memberikan nomor ponsel temannya yang kuliah di Madinah untuk membantu kami. Namanya Jihad. 

"Iya, tadi aku udah nanya Jihad di mana letak hotel kita. Dia bilang tidak jauh dari masjid Nabawi, sekitar 700 meter. Ada di jalan Abizar. Bukan hotel sih katanya, ya semacam flat gitu deh.." Suami menjelaskan.

Proses administrasi di Madinatul Hujjaj ini memakan waktu lebih dari 2 jam. Di data satu persatu berdasarkan paspor masing-masing. Karena dalam bus yang kami tumpangi terdiri dari beberapa warga negara. Jadi inilah yang memakan waktu lama. Bukan hanya itu, jamaah di bus juga tidak menginap di satu hotel yang sama. Proses seperti ini tidak akan terjadi jika dalam satu rombongan berasal dari satu negara dan menginap di hotel yang sama.


Bukti booking-an hotel juga diminta untuk di data. Ustadz Erwin sudah mengingatkan sebelum kami berangkat.  


"Bukti booking hotel jangan diserahkan semua. Sengaja saya copy 2 lembar, yang satu lembar diserahkan ke madinatul hujjaj dan satunya untuk check-in hotel. Kalau diserahkan semua ke petugas haji maka kita tidak punya bukti booking"


Bus sudah memasuki kota Madinah. Saya lihat jam di tangan, waktu telah menunjukkan pukul 02.00. Berarti sudah hampir 12 jam kami berada di atas bus. Saya sudah melihat menara masjid Nabawi. Suami mencocokkannya dengan GPS. Benar kami sudah berada tak jauh dari masjid. Alhamdulillah....

Namun kami belum bisa berbafas lega karena bus masih harus mengantar satu persatu jamaah ke penginapannya masing-masing. Fyuuuhh...


Tepat pukul 3.15 dinihari, bus berhenti. Nama saya dan suami dipanggil oleh petugas yang ikut dalam bus kami. 


"Ini Al-Khaleej Palace?? (nama hotel yang sudah kami booking)" Tanya suami 

"Iya itu hotelnya," Petugas itu menunjuk sebuah papan nama.

Membaca namanya, saya pikir hotel ini sekelas bintang 3, lumayan. Ternyata saya salah menduga, hotel ini berada di dalam deretan pertokoan. Papan nama hotelnya hampir tak terlihat. Bergegas kami keluarkan koper kami dan satu galon zam-zam yang kami beli di Mekkah dari bagasi bus. 


Tanpa banyak tanya, kami segera menuju "Al-Khaleej Palace" untuk check-in. Perjalanan ini amat sangat melelahkan, 12 jam lebih untuk perjalanan sejauh 435 km. Kami butuh segera istirahat dan merebahkan diri. 


Setelah kunci kamar diserahkan, dan masuk kamar yang berada di lantai 2 saya teringat paspor. Dimana paspor kami dikumpulkan.  


"Ahh... Paling juga di kantor yang tadi. Udah istirahat saja. " ujar suami dengan santainya. "Kakimu bengkak cepet buka kaus kakinya dan luruskan kakimu," lanjutnya lagi.

Kami memang segera terlelap dinihari itu.....



Masjid Nabawi saat malam hari

Cerita selanjutnya... Melacak dan Berburu









Copyright © Ellys' Notes | Powered by Blogger | Theme by NewBloggerThemes.com

About // Contact // Privacy Policy