Showing posts with label Tips. Show all posts
Showing posts with label Tips. Show all posts

Feb 19, 2016

Kenapa Pilih Kamera Mirrorless?




Pertama kali punya kamera tahun 1995, kamera pocket merk Canon Prima. Cukup lama juga sih pakai kamera ini. Lalu sekitar tahun 2001 beli kamera yang agak serius. Sebuah kamera SLR Canon (tipenya lupa :D). Waktu itu fotografi tergolong hobi mahal. Karena kita harus beli film lalu mencetaknya untuk mengetahui hasilnya.

Maka itu saya lebih sering menggunakan auto mode ketimbang otak atik manual mode untuk meminimalisir resiko gagal. Dan untuk tahu hasilnya nunggu filmnya habis dulu. Beruntung kalau jadi semua, wong kadang banyakan yang nggak jadi hehehe... Rugi deh beli film isi 36 ditambah ongkos cuci cetaknya.

Tapi lama-lama saya suka malas bawa kamera ini, makan tempat karena bodinya yang gede. Saya harus bawa tas kamera khusus. Padahal anak-anak masih kecil waktu itu. Ribet banget kalau mau pergi. Seringnya kamera ditinggal di rumah karena ogah ribet itu. Jadi seringkali banyak moment yang luput diabadikan. Kamera hanya dipakai untuk motret anak-anak di rumah.

Tahun 2004 jamannya kamera digital saya beli kamera saku digital Nikon Coolpix. Lumayan juga sih, hobi jeprat jepret tersalurkan tanpa mikirin beli film dan ngeluarin ongkos cetak. Kalau mau cetak juga bisa dipilih yang bagus. Lainnya simpan di komputer. Simple. Tapi lama-lama saya koq merasa hasil foto dari kamera ini kurang memuaskan ya..

Tahun 2010 waktu liburan ke Hongkong saya kepincut sebuah kamera. Rekomendasi dari yang punya toko juga sih. Sony NEX 3, kamera mirrorless dari Sony yang baru di release waktu itu. Kamera yang memiliki resolusi 14,20 MP ini LCDnya cukup lebar. Kelebihannya lensanya bisa diganti-ganti (interchangeable lens). Harganya sekitar 4 jutaan. Cukup murah jika dibandingkan di Indonesia yang masih sekitar 6 jutaan. Yang paling penting bodinya compact, nggak harus pake tas khusus kamera. Dan hasil foto sekelas DSLR non mirrorless.

Ketertarikan saya pada fotografi semakin menjadi-jadi ketika pindah ke Cairo. Banyak obyek menarik di sini. Hingga saya merasa butuh tambahan lensa. Karena lensa kit  kamera NEX 3 saya adalah jenis pancake yang cocok untuk fotografi landscape atau wide angle. Lalu tahun 2012 saya beli lensa tele SEL 55210 untuk menambah performa si NEX 3.

Sayangnya, tahun 2014 saya harus kehilangan NEX 3 kesayangan saat menunaikan ibadah haji. Semua dokumentasi selama haji lenyap hiks..hiks..

Ini kenang-kenangan si NEX 3

ISO 200, f/6,3 16 mm, 1/1250 Lokasi : Pyramid Giza, Cairo
ISO 200, f/9 210 mm, 1/8 Lokasi : Di rumah

Harus menunggu sekitar 3 bulan untuk memutuskan beli kamera lagi. Tentu sambil rayu-rayu suami biar dibeliin hahaha..Tanpa kamera saya berasa mati kutu. Karena hobi tidak tersalurkan.

Mulai deh browsing review kamera. Jenis mirrorless masih jadi pilihan. Saya sudah terlajur nyaman dengan kamera jenis ini. Kali ini saya cari kamera mirrorless yang ada viewfindernya karena umumnya kamera jenis untuk membidik obyek melalui LCD Screen. Dan kelemahannya adalah kalau memotret di bawah terik matahari. Obyek tidak kelihatan karena screen-nya gelap. Jadi sangat tidak memungkinkan memakai manual focus.

Pilihan saya jatuh pada Sony A6000. Kenapa Sony? Karena lensa tele saya tidak ikut hilang dan kondisinya masih sangat prima, sayang kalo nggak dipakai. Reviewnya cukup bagus, saya baca di sini dan di sini . Spesifikasinya sesuai dengan yang saya cari. Harganya sekitar 8 jutaan. Katanya sih ini kamera kelas intermediate. A5000 lebih cocok bagi yang baru belajar fotografi sedangkan untuk yang pro, Sony menyediakan kamera mirrorless full frame A7R yang harganya di atas 20 juta. Wiiihh...

Soal hasil foto, saya percaya secanggih apapun kameranya kalau nggak diimbangi dengan kemampuan fotografi hasilnya tidak akan maksimal. Menguasai kemampuan dasar fotografi yaitu komposisi, angle dan segitiga eksposure (Exposure Triangle) adalah modal awal. Selanjutnya kita bisa mempertajam kemampuan fotografi dengan banyak melihat hasil foto fotografer pro. Melihat EXIF foto-foto mereka. Jadi memotret nggak hanya pake auto mode lagi..

Jadi kenapa mirrorless ?

  1. Bodinya imut dan ringan jadi bisa masuk hand bag. Nggak ribet bawa tas kamera.
  2. Lensanya bisa diganti-ganti 
  3. Karena saya suka street photography, suka mengambilnya dengan cara candid. Maka keberadaan kamera jenis ini tidak terlalu mencolok sehingga mengganggu obyek yang dibidik. Karena kadang, saat obyek menyadari ada kamera maka hasil foto tidak natural lagi atau malah menolak untuk difoto. 

Dan inilah beberapa hasil jepretan si Sony A6000.

ISO 200, f/5.6, 1/160 Lokasi : Muizz Street, Cairo

ISO 250, f/5.6, 1/125 Lokasi : Muizz Street, Cairo

ISO 100, f/5.6, 1/160 Lokasi : Istanbul, Turki

ISO 100, f/5, 1/160 Lokasi: Attaba, Cairo


ISO 100, F 11, 1/160 Lokasi : Alexandria


Mar 4, 2013

Mempelajari Kesalahan Foto Melalui EXIF


Itu pake bukaan berapa?? What?? Ini nanyain foto apa nanya lahiran sih? hehehe... Bukaan itu diafragma, alamakkk tetep aja nggak ngerti apa maksudnya. Jujur memang saya nggak pernah belajar fotografi secara formal dan nggak pernah niat cari-cari informasinya di internet. Dulu waktu jaman kamera analog yang pake film punya bapak saya, tetek bengeknya udah disetel sama beliau, jadi tinggal pake doang hihihi..

Jamannya kamera digital, saya beli yang pocket karena ringkes dibawa kemana-mana dan pasti full auto, praktis. Lama-kelamaan koq kayaknya dunia potret memotret jadi semakin menarik, tapi nggak pengen beli kamera DSLR yang gede, males nentengnya karena bodinya itu. Dan akhirnya saya beli kamera compact plus-plus, yang sekarang dikenal dengan kamera mirrorless. Lumayan canggih kameranya dibanding kamera pocket saya yang lama.

Karena saya anggap "canggih" ini jadi saya pikir nggak perlu belajar tetek bengek tentang fotografi. Buat apa, wong kamera sudah bisa membuat foto yang kita mau, makro, portrait, night shot, sunset/sunrise semua ada menu autonya dan hasilnya memang bagus. 

Tombol P/A/S/M yang ada di kamera nyaris nggak pernah saya pakai. Buku manualnya juga tetap rapi dalam kardusnya dan nggak pernah saya baca karena merasa sudah tau hehehe... Jangan tanyakan tentang lighting, komposisi, angle, shutter speed, dan diafragma pada saya, nggak ngerti sama sekali karena memang terbiasa pakai mode auto.

Ketertarikan saya untuk belajar fotografi berawal dari melihat foto-foto di sebuah forum fotografi dan flickr. Beruntung saya pindah ke Kairo, bertemu mahasiswa-mahasiswa Al-Azhar yang punya hobi fotografi, dan tergabung dalam sebuah komunitas penggemar fotografi. Dari mereka juga saya belajar bagaimana membuat komposisi foto yang baik, mengenal istilah bukaan/diafragma, shutter speed, dan bagaimana melakukan post processing atau mengedit foto. Dari mereka pula saya mengerti apa itu EXIF data. Ternyata data ini cukup membantu untuk mengoreksi kesalahan dalam foto yang kita buat sebelumnya.


EXIF adalah Exchangeable Image File Format, secara sederhana bisa diartikan sebagai data pribadi yang dimiliki sebuah foto. Didalam EXIF kita bisa lihat tentang ISO, aperture (diafragma), shutter speed (kecepatan rana), dan data lainnya. Bisa dilihat saat file foto kita pindahin ke komputer, pada foto tekan klik kanan mouse, klik properties lalu klik details. Disitulah rekaman data foto bisa kita lihat

Berikut beberapa fungsi data EXIF yang saya gunakan untuk mengoreksi foto-foto saya..

Koreksi Fokus dan Bokeh


Karena ngiler pengen bisa membuat foto-foto bagus seperti di forum itu, mulai deh coba-coba motret pake teori komposisi. Dari mulai potret bunga ini, saya pikir foto bunga hasil karya saya ini sudah seperti punya fotografer yang di forum itu hahaha... narsis. Padahal foto ini juga masih pake mode auto (macro) yang ada di kamera.


1362047923886478004


Saya coba juga memasukkan foto ini ke forum, dan ada yang komentar kalau foto saya di atas fokusnya lari. Oh no.....!!! Eh, iya bener juga setelah saya amati. Saya makin penasaran, akhirnya saya belajar juga bagaimana caranya untuk mencari titik fokus yang benar dan mendapatkan background yang blur (bokeh). Dan akhirnya saya tahu, untuk mendapatkan bokeh harus pakai bukaan besar/ diafragma yang ditandai dengan f. Angka f yang kecil menunjukkan diafragmanya besar.

Berikutnya saya mencobanya kembali dengan obyek berbeda. Sudah lumayan kan dari foto sebelumnya?? Ini sudah mulai belajar pake mode manual lho hehehe... *pamer :D


13620502971213887674


Koreksi Night Shot

Membuat foto dalam keadaan yang minim cahaya, di sarankan menggunakan ISO tinggi dan flash itu yang saya tahu sebelumnya. Tapi belakangan saya baru tahu, untuk menghasilkan foto dengan cahaya lampu yang bisa seperti bintang justru harus menggunakan ISO rendah, tanpa flash.

Mencoba memotret saat malam hari, saya menggunakan ISO tinggi dan inilah hasilnya..


13620516711910392006


Foto ini tentu sangat tidak memuaskan, belajar dari kesalahan foto di atas dalam kesempatan lain saya mencoba setelan yang berbeda. Saya coba mengamati catatan EXIF foto sejenis milik fotografer lain dan teori yang saya baca untuk membuat foto night shot yang bagus. Dan ini hasilnya..

13620523571721450390


Obyeknya memang biasa saja, tapi niat saya waktu itu memang mencoba belajar night shot dengan benar. Mungkin lain waktu saya akan mencari obyek lain yang lebih menarik untuk night shot ini.

Koreksi Setting ISO

Ini foto yang bikin saya uring-uringan sampai maksa suami untuk mengantar saya kembali ke tempat yang sama. Saya nggak sadar kalau ternyata setting ISO pada kamera saya waktu itu sangat tinggi, siang bolong pakai ISO 3200. Saya tahu begitu file dipindah ke komputer, heran aja koq foto-foto saya jelek banget, padahal anglenya udah pas. Noisenya terasa sekali, lalu saya intip EXIFnya, ternyata ISOnya pake 3200, pantesan...

Foto ini sengaja saya konversi jadi hitam putih untuk menyamarkan noisenya hehehehe..


13620533081868897871


Kembali ke tempat yang sama, sejak dari rumah saya setting kamera saya dengan benar, takut terjadi kesalahan lagi. Dan foto berikut ini sudah sedikit membuat saya puas walaupun belum puas 100% (alasan buat balik ke tempat ini lagi)

13620535791119511456
ISO 200, f/6.3, 1/320, metering: pattern
13620559081560676906
ISO 200, f/13, 1/320, metering: spot, FL 16mm


Tuh kan.. EXIF ternyata memang banyak membantu untuk memperbaiki foto kita. Melihat data EXIF orang lain juga merupakan salah satu cara untuk belajar fotografi. Bukan untuk meniru, namun lebih sebagai patokan atau referensi saja. EXIF kalau menurut saya mirip resep masakan, resepnya bisa sama tapi rasa belum tentu sama.


Belajar fotografi itu semakin lama semakin mengasyikkan buat saya. Terutama sejak saya bergabung dengan Kampretos sebuah grup di kompasiana yang memberi wadah buat kompasianer yang punya hobi fotografi selain menulis. Banyak hal-hal baru yang saya ketahui setelah gabung di grup yang orang-orangnya gak pelit berbagi ilmu, pokoknya seru abis deh..

Dan saya juga baru ngerti kalau ternyata kamera itu seperti pasangan, nggak cukup hanya setahun atau dua tahun mempelajari sifatnya. Butuh waktu lama untuk memahaminya. Jadi artinya perlakukan kamera seperti pasangan anda... Awww...!! kalo ini Out of Topic ya.... hehehehe...


Salam cekrek dah... :)


Feb 12, 2013

Menyampaikan Pesan Lewat Foto


Jujur saja, awalnya saya kurang begitu tertarik dengan fotografi bergenre human interest. Biasanya yang jadi obyek foto saya kalau bukan landscape ya arsitektur. Dan kebetulan juga anak-anak perempuan saya tidak cukup berbakat untuk dijadikan model. Jadi terus terang saja saya kurang memiliki selera yang bagus dan kurang tertarik fotografi jenis ini.

Tapi saya berubah pikiran saat melihat karya-karya foto di galeri national geographic. Sepertinya ada hal menarik dalam foto-foto itu. Saya melihat foto-foto itu seakan bercerita tanpa diceritakan. Ada pesan tersembunyi dibalik foto, yang masing-masing orang bisa saja berbeda dalam menterjemahkan makna atau pesan dalam foto tersebut. Interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan kulturnya yang lebih banyak menjadi obyek foto jenis ini.

Biasanya fotografi jenis human interest terlihat natural dan apa adanya, editing yang dilakukan juga tidak terlalu berlebihan. Ini yang membuatnya berbeda dengan foto dengan model yang diarahkan atau dilakukan dengan konsep tertentu seperti foto-foto prewed. Momen yang tertangkap adalah momen spontan yang terjadi pada saat itu, dan biasanya pengambilannya dengan cara candid agar memperoleh hasil foto dan ekpresi yang natural.

Terus terang, saya tidak pernah menyediakan waktu khusus untuk berburu foto dan konsep tertentu untuk foto-foto human interest walaupun saya hobi sekali dengan fotografi. Maklum saja saya kan ibu-ibu yang harus mengutamakan pekerjaan di rumah. Biasanya saya melakukannya pada saat jalan-jalan dan sedang menunggu sesuatu, daripada nganggur kan lebih baik jepret san jepret sini.
Seperti foto di bawah ini. Foto ini saya ambil ketika mendengarkan khutbah Jum'at di Masjid Sultan Hassan. Karena khutbahnya disampaikan dalam bahasa Arab tentu saja saya hanya bengong, dan daripada ngantuk saya merekam 2 momen ini.


13594405098641446
Mommy.... I Love You.... (Lokasi: Masjid Sultan Hassan, Cairo)
1359441364699528329
Wahhhh.... aku cantik ya??? (Lokasi : Masjid Sultan Hassan, Kairo)

Tidak selamanya memotret orang dengan cara candid itu menyenangkan. Pernah suatu kali pada saat sholat idul Adha di lapangan Suuq Sayyarat di Hay Asyir. kebetulan saya sedang tidak sholat, dan hanya berdiri saja dipinggir lapangan. Karena ngganggur, seperti biasa jepret sana sini. Eh, seorang perempuan Mesir menegur saya, walaupun saya tidak mengerti apa yang diomongkannya tapi saya paham maksudnya. Kurang lebih dia bilang bahwa nggak boleh memotret wanita sembarangan. Lalu saya tunjukkan kamera saya bahwa saya sedang tak memotret dia. Jadi memang kalau foto candid kita nggak boleh sembarangan apalagi di negara-negara Arab.


13594429471664245853
Narsis?? (lokasi: Suuq Sayyarat Hay 10, Kairo)



13595315241379802187
Keluarga Berencana, 2 anak mungkin sudah cukup :D (Lokasi: Suuq Sayyarat, Hay 10 Kairo)

Foto berikut ini saya ambil ketika saya berada di masjid Al-Azhar. Tujuan awalnya adalah memotret arsitektur masjid, tapi ada momen yang saya pikir sayang untuk dilewatkan. Ini realitas sosial di Mesir yang orang-orangnya gemar sekali membaca al-qur'an.

1359477695488739258
Reading Qur

Saat saya sedang menunggu suami dan anak-anak yang sedang sholat di sebuah masjid kecil di pinggiran sungai Nil, saya melihat  seorang penarik perahu sedang berteriak-teriak menawarkan tumpangannya. Momen ini seketika menarik perhatian saya, dan segera mengabadikannya. Perahu ini melayani penyeberangan dengan tarif 1 pound sekali jalan, mirip penyeberangan di bengawan Solo.

1359483607850442281
Penarik perahu sungai Nil..

Tujuan memotret dengan cara sembunyi-sembunyi atau candid adalah untuk mendapatkan ekpresi natural obyek yang kita bidik. Tetapi seringkali saya mengalami, obyek mengetahui dirinya sedang dijadikan target bidikan kamera saya. Alhasil ada beberapa ekspresi yang berhasil saya dapatkan, kaget, biasa saja sampai sadar kamera alias narsis.

Yang pertama adalah foto pemancing, orang Turki ini terlihat kaget saat mengetahui dirinya saya foto, saya mengambilnya sambil berjalan. Yang kedua adalah foto orang Mesir yang menjaga pintu masuk pyramid Dashour, ketika saya foto ekspresinya biasa saja alias tanpa ekspresi. Dan yang ketiga adalah seorang penyemir sepatu di kawasan Khan el Khalili, awalnya dia tidak sadar kalau saya ambil gambarnya, tapi begitu tahu ada kamera yang mengarah padanya langsung deh pasang tampang narsis hehehe...

13594847861154541264
Pemancing di Galata Bridge, Istanbul (ekspresi kaget)
1359539545293762624
Penjaga Pyramid Dashour (ekspresi datar)
1359484981807795003
Penyemir Sepatu di Khan El Khalili (ekspresi sadar kamera)

Memotret model menurut saya sangat sulit apalagi modelnya adalah model jadi-jadian terlebih lagi pengarah gayanya bukan profesional. Tapi saya juga harus tetap berusaha dong, walaupun tak beniat menjadi fotografer profesional, tidak ada salahnya belajar tentang hal ini. Mungkin belajar tentang penerapan sudut pengambilan atau angle dan pencahayaan alami.

Seperti foto di bawah ini, foto pertama adalah foto suami saya lho hahaha.... sebenarnya posenya itu lagi ngambek karena kebanyakan diperintah sama pengarah gayanya, miring sana miring ke sini jadi bete deh modelnya, maklumnya model jadi-jadian. Foto kedua adalah foto mertua, karena takut kejadian seperti model foto pertama, saya mengambilnya candid dengan angle seperti ini, biar kesannya seperti foto-foto prewed gitu deh hehehe... Dan foto ketiga adalah foto adik saya, tahu sendiri anak remaja suka sekali di foto bak foto model (kecuali anak saya), untuk dijadikan foto profil di facebooknya.

13594866841561104780
Merenung... (Masjid An Nasir Muhammad Qala
1359488408237110026
Truly Love Story (Lokasi: Masjid amru bin Ash, Kairo)
13595340261677963575
Smile... (Lokasi: Taman Sritanjung Banyuwangi)

Jika foto Human Interest dibuat untuk menggambarkan kehidupan pribadi manusia atau interaksi manusia serta ekspresi emosionalnya, apakah pesan dalam foto-foto ini sampai pada anda?

1359488840639418193
Nyamannya bahu ibuku....
13595357632010878981
Tatapan penuh makna... (Lokasi: Alexandria)


Karena saya hanya belajar fotografi secara otodidak maka tidak ada teknik khusus untuk membuat foto-foto bertema Human Interest. Prinsip saya adalah merekam gambar sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin, apapun yang terjadi di sekitar kita. Melihat hasil karya orang lain juga salah satu trik untuk mendapatkan inspirasi, terutama karya dari fotografer profesional. Jadi tunggu apa lagi.... jepret yuuukkkk :)


Sumber : Tulisan saya di Kompasiana

Jan 15, 2013

Foto Bagus? Bisa Koq Pakai Kamera Handphone

Fotografi belakangan memang semakin digemari oleh banyak orang. Karena hobi ini tidak semahal dulu. Era digital memang mempermudah hobi satu ini. Kita tidak perlu lagi beli roll film dan harus mencetaknya untuk mengetahui hasilnya.


Tinggal jepret-jepret sepuasnya dan langsung bisa diketahui hasilnya di layar kamera. Tidak perlu khawatir foto yang dihasilkan jelek, toh ada software editing. Warna pucat bisa jadi cerah, kulit hitam bisa jadi putih, wajah berjerawat bisa jadi mulus, foto gelap (under exposure) bisa dibuat terang dengan software ini.

Penggemar fotografi jaman dulu, harus rajin mencatat setting yang digunakan pada setiap foto seperti kecepatan rana (shutter speed) dan diafragma, sebagai bahan koreksi untuk foto selanjutnya. Sedangkan ISO hanya bisa dikoreksi setelah semua roll film habis. 

Jadi untuk bereksperimen tentu saja butuh biaya yang tidak sedikit karena harus menyiapkan beroll-roll film kemudian mencetaknya. Bayangkan saja habis berapa roll film untuk membuat sebuah foto dengan hasil yang maksimal.

Bagi sebagian orang mungkin memiliki persepsi bahwa sebuah foto yang bagus dihasilkan oleh kamera mahal, semakin mahal kameranya maka semakin bagus pula hasil fotonya. Nggak sepenuhnya salah sih... tapi menurut saya sebuah hasil foto yang bagus dihasilkan oleh kepiawaian fotografernya. Alih-alih beli kamera canggih tapi tidak piawai dalam penggunaannya, malah pakai mode auto, nggak salah sih tapi kalau hanya pake mode auto kan nggak perlu beli kamera mahal hehe...


Foto yang bagus memang tidak melulu dihasilkan oleh kamera bagus, kamera dari sebuah handphone juga bisa membuat foto-foto indah. Foto-foto yang dihasilkan oleh kamera handphone saat ini juga tak kalah bagus dengan kamera-kamera DSLR. Tergantung bagaimana kita menerapkan prinsip dasar dalam fotografi seperti komposisi, angle, point of view dan lighting.


Beberapa kelemahan memang terdapat dalam kamera handphone, seperti misalnya untuk foto malam hari atau kondisi dengan pencahayaan yang minim. Walaupun ada flash tapi hasilnya jauh lebih baik menggunakan kamera DSLR atau kamera digital saku. Karena memang fungsi utama handphone bukan untuk memotret tapi sebagai alat komunikasi dan kamera di dalamnya hanya sebagai pelengkap agar punya nilai tambah.


Karena saya hanya fotografer amatir, kadang merasa kamera yang bodinya bongsor kurang nyaman untuk dibawa kemana-mana kecuali memang berniat hunting foto atau traveling. Padahal momen atau gambar menarik bisa ada di setiap waktu dan tempat, solusinya kamera HP tentu saja karena selalu ada setiap saat hehehe....


Jangan khawatir soal hasilnya, karena ada aplikasi-aplikasi editing foto dalam handphone yang bisa kita unduh baik berbasis iOS ataupun Android. Dan cukup membantu membuat foto-foto kita jadi seperti hasil foto kamera digital berbodi bongsor.


Banyak sekali aplikasi-aplikasi yang bisa diunduh seperti Photoshop Express, Photo Arts, HDR FX, Pixlr Express dan banyak lagi. Tapi yang jadi favorit saya untuk editing adalah Pixl Express, selain fiturnya lengkap yang versi web-nya juga ada.


Aplikasi ini memiliki fitur yang menurut saya komplit, menyediakan beragam fungsi seperti merotasi posisi jenis foto atau gambar apapun; memotong atau menggambar bagian foto mengatur ukuran foto; dan juga menambah tingkat pencahayaan dan warna pada foto kita. 

Untuk membuat efek gambar, dalam aplikasi ini terdapat lebih dari 30 macam efek gambar yang dapat diaplikasikan. Pokoknya nggak kalah hasilnya dengan kamera DSLR deh..

Beberapa contoh foto-foto yang saya ambil menggunakan kamera handphone lalu di edit dengan aplikasi Pixl Express..

Perjalanan Cairo-Hurghada

Red Island Banyuwangi

Red Island Banyuwangi

Foto-foto di bawah ini telihat seperti menggunakan kamera khusus bawah air, padahal foto ini menggunakan kamera handphone dan saya memotretnya dari dalam kapal yang memiliki kaca di bagian bawahnya, jadi bukan diving hehehe... Diedit juga untuk mempertajam warnanya.  


  

Dan foto-foto bunga ini juga menggunakan kamera handphone, editing hanya memotong atau cropping saja..
13582423201844091914
Yellow Flower (nggak tahu nama bunganya hehe..)
13582423802056916279
White Flower
1358243585591522735
Strawberry


Bagaimana menurut anda??? Kamera apapun bisa menghasilkan sebuah foto yang bagus asalkan prinsip dasar fotografi diterapkan dengan baik. Jadi tunggu apalagi, abadikan momen sekarang juga... Cekrekkk!

Salam hangat :)






Jan 8, 2013

Memburu Sunset dan Sunrise, Menangkap Siluet


1357636075142816920
Love, Sunrise Hurghada (ISO 200, f/18, 1/100)




Bagi penggemar fotografi, membidik sunrise dan sunset adalah sebuah "kewajiban". Baik fotografer profesional maupun amatir seperti saya hehe.. Karena keindahan matahari saat terbit maupun tenggelam sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Rasanya walaupun sudah berkali-kali memotret dan memiliki banyak foto bertema sunrise dan sunset, tangan ini tidak pernah bosan menekan tombol kamera. Bahkan ada sebuah ungkapan "‘No good travel photo album is complete without the token sunrise or sunset picture!’

Idealnya foto sunrise dan sunset diambil di sebuah tempat terbuka seperti pantai, sawah, padang rumput, atau padang pasir. Karena kita akan dengan leluasa menyaksikan bola matahari yang terbit atau tenggelam di garis cakrawala sehingga keindahannya akan semakin lengkap. Tapi bukan tidak mungkin kita mendapatkan foto sunrise atau sunset di tengah-tengah tingginya gedung atau membidiknya dari dalam pesawat.


13576345541773106217
Sunset di kawasan Apartemen (ISO: 200, f/5, 1/3200)
1357635523310521644
Sunset dari Atas Pesawat (ISO: 200, f/5.6, 1/1000)


Semuanya mungkin asalkan kita selalu sigap mengabadikan momen indah itu. Akan lebih baik jika kita merencanakannya dengan matang. Karena momen sunrise dan sunset berlangsung hanya sekitar setengah jam saja. Walaupun hanya fotografer amatir, nggak ada salahnya kan mempersiapkan alat seperti halnya fotografer profesional. Apapun kameranya, bahkan dengan kamera handphone sekalipun, jika kita melakukan persiapan matang maka foto yang dihasilkan nggak kalah sama mereka yang sudah profesional.


1357636836156911587
Sunset di Sungai Nil (pakai kamera HP)

Ada yang membuat foto-foto sunset atau sunrise menjadi lebih menarik, memberikan kesan kuat dan bercerita. Apa itu?? Ya, siluet. Sebuah foto yang obyek utamanya gelap dan menonjolkan cahaya di belakangnya. Obyek siluet bisa bermacam-macam, manusia, pepohonan, ranting-ranting, perahu atau kapal, tiang listrik, gedung dan lain-lain.

13576358901156545485
BOLA MATAHARI, Sunrise Hurghada (ISO 200, f/18, 1/1600)




1357636225583451874
MENIUP, Sunrise Hurghada (ISO 200, f/18, 1/60)


Sebagai penggemar fotografi, momen sunrise dan sunset menjadi ajang latihan buat saya untuk bisa mengatur kecepatan (shutter speed), ISO dan aperture atau diafragma yang tepat. Saya memang membiasakan diri untuk mengeset kamera pada mode manual walaupun pada awal-awal belajar saya gunakan mode auto hehehe..... Pokoknya jepret sebanyak-banyaknya, semakin banyak jepretan dengan setelan berbeda semakin kita tahu mana yang tepat.


13576370561973374183
Sunrise di Selat Bali (ISO 200, f/6.3, 1/400)
1357637196600401661
Sunrise Sungai Siak, Pekanbaru (ISO 200, f/11, 1/80)
13576377401364262369
Sunrise di Desaku (ISO 200, f/2.8, 1/1000)


Yang jelas ada beberapa hal untuk membuat foto sunrise dan sunset, ini beberapa diantaranya :

  1. Menyiapkan alat seperti kamera dan tripod. Tripod ini penting agar kamera tidak goyang yang berakibat foto yang dihasilkan tidak maksimal atau kabur. Jika kita menggunakan kamera saku atau handphone usahakan agar tidak goyang, lebih gampangnya cari sandaran, bisa pohon, tembok, suami atau istri hehehe....

  2. Siap di lokasi minimal 10 menit sebelumnya. Karena sunrise dan sunset hanya berlangsung sekitar setengah jam saja. Terlambat berarti kehilangan momen kan?

  3. Mencari obyek siluet. Ranting pohon akan menimbulkan kesan dramatis pada foto sunrise atau sunset tapi kalau sedang berada di pantai yang tidak terdapat pohon cari saja model. Biasanya  model foto identik dengan wajah menarik, tapi lain halnya dengan foto siluet, memiliki wajah cantik atau ganteng juga percuma karena memang nggak kelihatan mukanya hehehe... Pose adalah yang paling penting untuk model siluet.

  4. Gunakanlah mode manual eskposur. Set metering di spot metering. Coba lakukan pengukuran di daerah background yang paling terang. Ubahlah kombinasi aperture dan shutter speed dan perhatikan metering Anda, boleh ditambahkan atau dikurangi sedikit sesuai dengan berapa terang background yang ingin dihasilkan. Namun jika belum  terbiasa menggunakan mode manual, gunakan saja mode auto.

Mungkin tips di atas bermanfaat buat kompasianer. Sunrise dan sunset bukan hanya sekedar dinikmati tapi abadikan dalam bidikan kamera. Sengaja saya cantumkan data teknisnya biar ketahuan bedanya.

Salam hangat.....

Sumber : Tulisan saya di Kompasiana

Dec 13, 2012

Tips Mengabadikan Momen Liburan


Liburan adalah salah satu momen istimewa kita bersama keluarga. Bersenang-senang, menikmati kebersamaan, atau bahkan berburu pengetahuan baru tentang tempat liburan kita.  Apa yang terjadi jika momen-momen hebat itu terlewatkan begitu saja? Memang ada perasaan bahagia yang tersisa tapi hanya berupa jejak di hati dan hanya bisa kita nikmati sendiri tidak ada jejak berupa prasasti yang bisa dinikmati orang lain atau anak cucu kita kelak.

Dan foto adalah salah satu bentuk prasasti yang bisa dinikmati orang lain. Bayangkan saja, waktu akan bisa diputar kembali dengan foto. Sebuah kejadian yang terekam dalam sebuah foto bisa jadi akan menjadi sebuah cerita, tanpa ditulis sekalipun.

Liburan yang notabene adalah momen istimewa terasa tak lengkap tanpa foto. Tulisan tentang jalan-jalan juga tidak komplit tanpa foto kan? Ibarat sayur tanpa garam. Tapi bagaimana mengabadikan momen istimewa itu agar tak terkesan hanya sebagai foto narsis saja?
Berikut ini tips yang dapat dilakukan untuk mengabadikan momen liburan kita :

1. Terus Mengambil Foto

Bawalah kamera setiap saat, karena kita tak tahu kapan momen yang hebat akan tiba dan perlu diabadikan. Jangan ragu mengambil foto di manapun berada, dan tentang apapun. Hal-hal menarik tentang tempat liburan kita bukan hanya berupa landscape atau arsitektur, coba abadikan kegiatan orang-orang ditempat itu, ini bisa menjadi identifikasi tempat dan memberikan informasi dimana kita sedang berlibur. Ambil saja foto sebanyak-banyaknya toh kalau jelek kita bisa menghapusnya.


1355211160184133747
Joki Unta di area Pyramid Giza, Cairo diambil dengan candid (koleksi pribadi)
1355211287427668730
Penjual teh di kawasan Khan El Khalili, Cairo diambil dengan candid (koleksi pribadi)
13552247271110936956
Tukang semir sepatu di Khan Khalili Cairo, candid tapi ketahuan... :D (koleksi pribadi)


2. Menentukan Obyek 
Saat memegang kamera, tentukan siapa atau apa yang akan menjadi objek foto kita, pemandangan atau orang. Jika fokus foto adalah orang  pastikan kamera menangkap spontanitas dan merekam suasana saat itu. Kalau obyek foto adalah landscape, atau pemandangan tangkap keindahan tempat itu, misalnya keindahan pantai saat sunset atau sunrise atau bahkan keindahan kota saat malam hari dengan gemerlap lampu-lampunya.


13552118351159704044
Membaca qur
13552122882081533015
Membaca qur


Foto di atas adalah foto mertua yang sedang membaca Al-Qur'an betulan (bukan settingan) saat kami berkunjung ke masjid Amr bin Ash. Saat saya melihat momen ini langsung saya bidik dan alhasil mendapatkan 2 keindahan sekaligus, keindahan sebuah cinta dan interior sebuah masjid tua.

3.  Abadikan Setiap Momen

Liburan adalah momen langka, jadi abadikan saja setiap kegiatan pada liburan kita. Main air di pantai, berlumpur-lumpur di sawah, atau bahkan keceriaan anak-anak saat mengekspresikan rasa bahagianya. Seperti foto dua anak saya yang sedang bebas main lompat-lompatan di gurun pasir, area pyramid Dahshour.

Tapi jangan hanya fokus pada foto-foto yang sempurna, abadikan saja hal-hal yang sebenarnya kurang menarik dan cukup mengganggu dalam liburan kita misalnya macet, cuaca yang buruk atau sedang kecapekan. Abadikan saja momen itu, mungkin saja itu bisa menjadi momen yang tak terlupakan dalam liburan kita.


13552130821532050641
Bebas Jumpalitan di gurun. Lokasi: Pyramid Dahshour (koleksi pribadi)
1355217039382933161
Liburan di sawah. Lokasi: Jember (koleksi pribadi)

4. Gunakan Simbol (landmark)

Jangan lupa berfoto dengan latar belakang yang menggambarkan lokasi liburan kita. Tanda ini bisa berupa petunjuk jalan, bangunan khas, tulisan atau gedung. Misalnya Jogja dengan candi Borobudurnya, Bali dengan Tanah Lot, Singapura dengan Merlionnya, Mesir dengan pyramidnya atau tempat-tempat lainya yang memiliki bangunan yang menjadi simbol.


13552140111373847917
Nyantai di Pyramid.... lokasi: Pyramid Giza Cairo (koleksi pribadi)



13552148141171830276
Foto berlatar belakang Blue Mosque landmark Istanbul (koleksi pribadi)


5.  Bawalah Tripod

Untuk liburan keluarga, alat yang satu ini penting agar kita dapat berfoto ria dengan formasi lengkap. Bisa sebenarnya meminta orang untuk mengambilkan foto keluarga kita tapi nggak lucu juga kalau sebentar-sebentar meminta tolong orang lain untuk mengambil gambar. Selain merepotkan, kadang foto yang dihasilkan juga tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jadi jangan lupakan alat ini..

1355215468435416149
Foto keluarga menggunakan tripod, lokasi: Istanbul



Nah itu dia tips untuk mengabadikan momen liburan agar menjadi liburan yang tak terlupakan karena terekam dalam foto-foto yang indah. Selamat berlibur....

Sumber : Tulisan saya di Kompasiana

Copyright © Ellys' Notes | Powered by Blogger | Theme by NewBloggerThemes.com

About // Contact // Privacy Policy